Edelwais yang tak berbunga part 1
Rasa sakit ini belum hilang benar,
malah semakin sakit. Terasa panas dan perih, tapi itu hanyalah sakit yang
dialami oleh wajah saja, akibat perbedaan cuaca yang sangat extreme, tapi
dibalik rasa sakit ini tersimpan rasa bangga tiada tara. Rasa yang sangat luar
biasa menyenangkan, walaupun dibalut oleh perjuangan yang sangat mengharukan.
Bahkan sampai saat ini memori itu masih membekas, menggores di dalam fikiran,
dan terukir didalam hati.
Merbabu, itulah kata-kata yang masih
terngiang di dalam memori otakku. Memori yang sangat luar biasa yang Allah ciptakan
untuk makhluk Nya tercinta, yaitu bani adam. 2 hari yang sangat menguras tenaga dan pikiran, 2 hari yang
sangat menganggumkan, dan dua hari yang penuh perjuangan tapi diganti oleh
seribu keindahan. Yah 2 hari yang tidak bisa terlupakan oleh ku dan
kawan-kawanku. Tanggal 20 dan 21 April 2013 bertepatan dengan hari kartini kami
mendaki salah satu gunung tertinggu di pulau jawa, yaitu Merbabu. Sungguh
bagiku itu adalah pengalaman yang sangat luar biasa.
Tanggal 20 april hari sabtu jam 05.30
aku mulai bangun, dengan sedikit terseok-seok aku mencoba untuk membuka mata
dan membangunkan diri dari peristirhatan. Ku mulai sisingkan lengan bajuku dan mulai
mengmbil air wudhu. Gemuruh suara adzzan telah berkumandang sedari tadi,
membuat suasana subuh makin meriah dengan suara merdu para calon penghuni surga
yang mengumnadngkannya. Setelah solat subuh berjamaah, ku kembali ke kamar
pengapku, yang berukuran 3x4, yang bercatkan biru menghiasi seluruh dinding. Ku
mulai berbenah, menyiapkan dan mengecek semua perlengkapan yang akan aku bawa
untuk mendaki nanti.
Sebenarnya tadi malam aku sudah menyiapkan
segalanya, dibantu oleh abang yang sangat bawel sekali, Ramdhan namanya. Ia
orang sunda dan sekarang duduk di semester 4. Semua perlengkapan mulai dari
tas, jaket, kerir, senter, makanan dan lain sebagainya ia bantu untuk menyiapkan. Jujur
walaupun aku merasa risih karena aku tidak pernah mendapatkan perhatian seperti
itu. Terakhir kali aku diperlakukan seperti itu, ketika aku pergi kepondok oleh
ibuku, tapi aku selalu menolak jika beliau terlalu mengatur segala hal. Tapi
untuk kemarin aku nurut saja, karena memang aku tidak banyak tahu tentang
peralatan untuk mendaki. Walaupun ini kali kedua aku mendaki, tapi gunung Merbabu
lebih tinggi dari gurung Ungaran pertama aku mendaki dulu.
Kemudian setelah semua perlengkapan
selesai, aku pun berangkat dengan ke 4 sahabt ku. Nanah mahasiswi program studi PG PAUD
yang sudah menginjak semester delapan, tapi inginnya masih bermain dengan
mahasiswa baru seperti aku, hahahha. Dia belum ingin mengerjakan sekripsinya
dan belum berani untuk terjun dalam dunia nyata sih sepertinya. Yah dia adalah perempuan yang aneh, walupun ia seorang akhwat
yang memakai krudung tebal, tapi tetep saja gila… hahahh. Dia selalu melakukan
hal-hal konyol yang membuat orang lain terbengong oleh kelakuaannya. Yahh
begitulah,
akhwat kan juga manusia. :D
Yang kedua adalah ela, ia adalah
mahasiswi baru, yah kaya aku tapi ia dari jurusan Bimbingan dan Konseling. Ia anak
nya gokil abizz,, yahh walupun sedikit absurd dan kadang-kadang bertindak aneh.
Kadang ia suka
sekali memepermainkan bibirnya #apasihh hahha dan selalu bilang “aku cantik
kan” dengan ekspresi sok imutnya, huhhh padahal bikin muntah. Yah sebenrnya ia
lumayan sihh untuk ukuran wanita hahha, dengan kulit sawo matang dan tubuh yang
cunkring kalau menurutku, kalu menurut dya seksi, weleehhh. Tapi yang pentingg asikkk dahhh Uhh umpama kalau aku disandingkan dia,
pasty seisi bumi ini akan gocang, gara-gara kami berdua sama-sama suka becanda.
Dan yang terakhir
adalah angga, yupp orang nya tidak item-item amat sih hanya sedikit gelap lah
dengan rambut berombak banyak memperlihatkan ia seperti orang yang tinggal
dipedalaman atau anak gunung, padahal sebenarnya ia anak kota hahha tapi
sepertinya ia anak kota yang tak terawat hoho . Raut mukanya menandakan ia
lelaki sudah berumur padahal ia mahasiswa baru sepertiku dan ela, namun
sepertinya ia mengalami penuaan dini :D
Dan kami juga bareng anak-anak dari Komunitas Pecinta Alam PGSD yang
tempatnya di NGaliyan, namanya KOALA. Ceritanya kita bertiga nyusup nihh di
komunitas mereka.. ckckck. kalu si angga memang sudah anggota dari
pecita alam ini, dan memang ia yang mengajak kita. Ada sekitar 30 orang kami berangkat.
Dengan segala perlengkapan yang ada kami pun langsung cabut. Dengan mengendarai
bus reyot, cuaca yang extrim dan yah banyak cerita pastinya. Semua ada,
bahagia, takjub, sedih, menyesal, heran ahhh semua lahhh campur aduk jadi satu. Etssss tapi saat ini aku mau makan dulu, terus
mandi laha nanti baru aku cerita lagi ea J.
Semarang, 23 Apri; 2013