Dream what you want to dream, go where you want to go, be what you want to be, because you have only one life and one chance to do all the things you want to do.

Pages

Cari Blog Ini

Rabu, 18 Juli 2018


Mengetuk Pintu Langit

Allah telah banyak kegagalan yang aku lalui, namun kau juga telah memberikan banyak keajaiban pada diri ini, Kau selalu menunjukan saat yang terbaik, diwaktu terbaik, tempat terbaik dan kawan-kawan terbaik. Masih ingat betul diri ini bagaimana, aku berulang kali jatuh ketika dulu mendaftar perguruan tinggi setelah lulus SMA. Masih ingat betul semua pilu yang melanda, pahit yang dirasa, dan semua rasa yang sakit tiada tara. Hampir-hampir diri ini putus asa untuk melanjutkan hidup, namun kau selalu memberi cahaya terang dibalik semua kegelapan yang ada.
Allah setelah semua kegagalan itu terjadi, kau hadirkan cahaya yang terbaik, kau berikan ku tempat belajar yang terbaik, memberikan ku kawan-kawan yang terbaik, dan menempatkan ku di kampus tempat ku menempa diri dan mendekatkan ku pada Mu. Allah Kau berikan ku kesempatan untuk belajar lebih, mengenal dunia lebih, dan membelajarkan makna kehidupan yang sesusungguhnya. Memang itu bukan yang aku pinta, namun kampus itu adalah kampus yang aku butuhkan, tempat ku menempa diri lebih dan lebih.
Allah Kau memberikan ku keajaiban dami keajaiban, yang dulu aku rasa tidak mungkin menjadi mungkin, yang dulu aku ragukan saat ini menjadi kenyataan, dan kau bimbing diri ini menjadi pribadi lebih lagi, kau mudahkan semua urusan ku, kau peringan jejak berat jalan ini, kau hantarakan saura-saudara yang berbaik hati. Allah ingat sekali saat diri ini diamanahkan menjadi ketua bem, yang aku rasa tak mampu, namun kau jadikan itu sebagai pembelajaran yang luar biasa, kau mudahkan segala perjalanan pembelajaran itu. Hingga ketingkat universitas, ketika aku rasa tak mampu mengemban amanah itu, namun kau memberikan keajaiban-keajaiban yang terduga. Ingat betul ketika pelaksanaan PPAK yang harus mengatur hingga 6000 mahasiswa baru, dan juga gejolak organisasi kampus yang luar biasa, namun lagi-lagi keajaiban itu datang dan memberi ku kemudahan.
Allah engkau memberikan ku pertolongan berkali-kali, namun kadang hamba ini tak tahu diri. Masih saja merasa kurang dan kurang, masih marasa saja bahwa engkau tak adil. Allah maafkan hamba mu ini yang terlalu sombong dan angkuh hingga kadang tak mampu bersyukur dengan segala ni’mat yang engkau berikan. Izinkan aku untuk terus mengetuk pintu langit mu, memohon setiap pertolongan-pertolongan dari mu, memohon keajaiban dari segala pintaku. Allah kepada siapa lagi diri ini mengadu dan meminta, karena engkau lah pemilik semua kehidupan ini.
Allah mungkin ku hanya datang dan mengadu ketika diri ini ada masalah, atau kita hamba mu ini ada hajat saja, semoga diri ini bisa memperbaiki diri lebih dan lebih. Allah hamba mu ini masih banyak hal yang ingin aku pinta, dan semoga pintaku adalah suatu kebaikan yang akan mendekatkan diri ini kepadamu. Allah kemarin saya mengikuti seleksi Beasiswa LPDP, dan memang hamba tak mendapatkan hasil terbaik, namun hamba mu mohon, beri hamaba kesmpatan untuk lolos dan menjadi bagian dari awardee LPDP. Ya Allah akan ku ketuk pintu langit itu lagi, seperti dulu kau juga memberikan ku keajaiban yang tak terkira. Kau berikan ku kesempatan ketika lomba smart city branding di ITB, salah satu kampus yang hamba idamkan sejak dulu, namun baru 7 tahun kemudian hamba bisa mengunjungi kampus itu. Dan yang terindah adalah ketika ku datang dengan kemenangan di kampus impian ku, padahal ku tahu, dulu pernah ku berfikir aku tak kan menang dan lolos pada tahap selanjutnya, karena kami dibantai oleh juri atas semua presentasi kami. Namun ketika kami telah putus asa, kau berikan kami kesempatan dan menjadi salah satu bagian pemenang.
Allah yang maha Rohman, aku mohon sekali ini lagi kau berikan ku kesempatan, walupun esok pasti aku akan memintanya kembali, seperti permintaan ku dahulu kala, dan mungkin sampai kapan pun aku pun akan meminta kepada mu. Allah sekali ini saja, jika saya diterima dalam beasiswa ini, maka aku dapat kuliah di joga, dan dengan hal itu maka aku akan bisa lebih dekat dengan orang tuaku, merawat mereka, dan mengunjungi mereka setiap waktu. Allah jika tahun ini hamba tidak lolos, maka kapan lagi waktu yang tepat, karena dengan ini hamba bisa kembali ke rumah hamba. Allah aku tahu dan pernah merasakan kegagalan demi kegagalan. Dahulu selepas SMA, berapa puluh kampus sudah aku datangi namun hamba yakin itu belum waktu yang tepat maka kau tidak berikan, namun kali ini ya Allah aku mohon kepadamu, agar memeberikan kesempatan lebih pada diri ini. Dan semoga jalan ini adalah jalau yang kau ridhoi, walupun itu mustahil, namun tak ada yang mustahil dengan Mu, maka sekali lagi, izinkan aku mengetuk pintu langit itu kembali.

Subang, 18 Juli 2018

Sabtu, 26 Desember 2015

Mahasiswa Teknologi Pendidikan Unnes Sabet  Juara 2 Lomba Smart City Branding Di ITB


Mahasiswa Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang, berhasil menyabet Juara II dalam Lomba Smart Generation For Smart City Competition kategori Smart City Branding yang diselenggarakan oleh Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan Institut Teknologi Bandung (LPiK ITB).
Dalam ajang kompetisi ini dibagi menjadi 5 kategori lomba, yaitu Multiplayer Game Development, Smart Apps, Smart City Branding, Viral Video, dan Super Youth Olympic. Untuk kategori Smart City Branding, perlombaan diperuntukan bagi mahasiswa Diploma, S1, S2 dan S3 Seluruh Indonesia. Dan mahasiswa Unnes yang digawangi oleh Ahmad Abdun Salam, Aufa Almaqoshid dan Joko Wiyono, adalah salah satu pesertanya.
Lomba  ini dibagi menjadi 3 tahapan, mulai dari pengiriman proposal ide lomba, presentsi ide tahap awal, hingga grand final presentasi laporan akhir dari ide lomba yang telah dilaksanakan. Presentasi tahap awal kategori Smart City Branding dilaksanakan pada tanggal 14 November 2015 di Gedung Achmad Bakrie Sekolah Tinggi Elektro dan Informatika (STEI) ITB. Kemudian grand final dilaksanakan di Gedung Bale Sumur Gedung PLN Jalan Asia-Afrika Bandung Jawa Barat.
Menurut Abdun, presentasi tahap awal diikuti oleh 13 tim yang lolos seleksi proposal yang telah dikirimkan. Ke 13 tim itu membranding masing-masing kota yang mereka angkat, mulai dari Kota Bandung, Ciamis, Kutai Kartanegara, Probolinggo, dan Semarang. Dan akhirnya terpilih 4 tim yang lolos ke babak grand final  pada tanggal 5 Desember 2015. Selama 3 minggu itu pula peserta harus mengimplementasikan rencana jangka pendek dari setrategi branding yang telah mereka palnningkan.
Tim mahasiswa TP Unnes mengangkat branding Kota Semarang yang terbaru yaitu “Semarang Variety Of Culture” dengan Strategi “ B2DM (Brand Belief, Brand Driver, and Brand Marketing) Strategy”.  Mereka bekerjasama dengan Badan Perencanaan daerah Pemerintah Kota Semarang. “Branding ini belum resmi diluncurkan maka dari itu kami mencoba mengangkat dan mengusulkan strategi branding kota dengan harapan agar dikemudian hari branding Kota Semarang tidak hanya sebatas formalitas belaka, namun dapat mengena di hati masyarakat Semarang” Kata Aufa.


Anugerah Di Penghujung Asa*

Malam ini sedikit tetes air hujan membasahi bumi, hanya sedikit, namun toh itu memberikan sedikit penghidupan bagi yang mengharapkan, mengembalikan setitik semangat bagi jiwa yang membutuhkan dan memberikan secuil kabar gembira bagi yang menantikan.
Diantara dinginnya malam, seorang pemuda berdiri di antara rumput dan pepohonan, di antara jalan dengan suara kebisingan, ya dia sendiri, hanya sendiri. Sedikit bibirnya tersinggung semu, antar bahagia atau kecewa, toh siapa yang peduli. Senyumnya tersembunyi dibalik gelapnya malam, yang terlihat hanya sinar matanya yang memandang jauh, menerawang entah negeri mana yang saat ini ia tuju. Selalu, senang sekali ia bersembunyi dibalik malam gelap, menelisik setiap kerinduan perjuangan masa lalu atau bermimpi akan pencapaian masa depan. Ya seperti malam ini ia lakukan. Menyendiri.
Semua memori otaknya kembali ke masa lalu, flashback pada semua perjuangan kala itu. Sebuah perjuangaan yang mengaduk semua perasaan, tangis, sedih, gembira, duka, cita, cinta, semangat, mimpi dan pengharapan. Toh apalah guna mengingat itu semua, bukankah itu semua sudah berlalu, namun pemuda itu selalu saja asik mengingatnya.
Antara syukur dan terharu, antara bahagia dan kecewa. Ya, saat ini usianya menginjak 22 tahun, belum banyak prestasi yang ia dapat, belum ada kontribusi besar yang ia berikan dan belum sempat ia membahagiakan orang tuanya, namun ia bersyukur atas jalan yang Tuhan telah pilihkan untuknya. Jalan yang tidak pernah ada dalam lembaran mimpi maupun dalam bayangannya, namun Tuhan memberikan lebih atas doa-doanya.
*****
“Bapak saya ingin kuliah pak. Masalah biaya insyaallah Idun akan daftar beasiswa, biar bapak dan ibu tidak terlalu keberatan menanggung biaya kuliah idun. Bapak dan ibu doakan saja, semoga idun sukses dan bisa membahagiakan bapak ibu”
Itulah kata-kata yang pertama kali terucap, dengan sedikit ketakutan namun terucap pasti, ia katakan kepada orang tuanya. Ya anak kecil yang biasa dipanggil Idun oleh orang tua dan orang-orang di desanya itu seorang anak petani. Bapaknya seorang buruh tani dengan usia renta. Sakit-sakitan mulai usia mudalah yang menjadikan bapaknya sudah tidak lagi bisa dikatakan layak kerja. Ibunya hanya seorang pedagang sayur keliling, yang setiap hari bangun dikala mentari belum datang menjelang, dan dibalut dengan dinginnya daerah kaki pegunungan, namun satu hal, ia tak pernah lelah menghadapi kejamnya kehidupan. Sosok orang tuanya lah yang membangkitkan semangat, mimpi dan cita-cita Idun menjadi orang besar. Menjadi orang yang meniupkan sedikit kebahagiaan di keluarganya, dan menyinggungkan senyum kebanggaan di bibir orang tuanya. Ya Idun ingin mereka bangga.
“Bapak dan Ibu hanya bisa mendoakan le, agar kamu menjadi orang sukses” kata-katanya bergetar namun penuh dengan keikhlasan. Entah apa yang difikirkan orang tua itu, mungkin rasa takut ketika ia tidak bisa memberikan yang terbaik bagi anaknya, tidak bisa mencukupi semua kebutuhannya, namun disana juga ada rasa bangga atas keberaniaan anaknya. Jarang sekali pemuda desa sini yang mau kuliah, kebanyakan setelah lulus SMA pastinya mereka kerja atau malah langsung menikah. namun satu hal yang orang tua itu percaya “Allah maha menghidupi” maka biarkan Tuhan yang menjaga anaknya dikemudian hari.
#####
Air mata pemuda itu membasahi pipi, tak terasa, begitu saja mengalir. Selalu saja begitu, ketika ia mengingat orang tuanya, maka selalu air matanya pun tak mampu ia bendung. Pengorbanan dan perjuangan bapaknya semasa ia ingin kuliah selalu terbayang. Doa tulus dari sang ibu di setiap sujudnya selalu saja teringat. Pemuda itu tahu bapak ibunya tak lagi semuda dulu kala. Tubuh yang dulu tegap saat ini sudah bungkuk, tangan yang dulu begitu kuat saat ini mulai lemah, dan rambut yang dulu hitam kini sudah mulai putih, ditumbuhi uban diseluruh kepala. Namun pengorbanan dan perjuangan mereka untuk putranya itu begitu besar. Ia tak tahu apakah ia masih diberikan waktu untuk dapat membahagiakan kedua orang tuanya. Namun satu hal, doa setiap malam dan di kala sujudnya adalah berikan waktu untuk ia membahagiakan orang tuanya. Ia janji tak akan menghianati pengorbanan mereka, ia janji tak akan pernah menyia-nyiakan hidupnya, dan ia janji akan membalas semua kasih sayang orang tuanya.
*****
Perjuangannya untuk meraih mimpi menuntut ilmu di kampus harapannya pun dimulai. Setelah ia dinyatakan lulus dari sebuah pondok di Jawa Timur, ia mendaftar berbagai jalur di perguruan tinggi ternama. Siang malam ia belajar, doa pun selalu ia panjatkan, restu dari bapak, ibu, keluarga, saudara-saudaranya, kiyai, nyai, ustadz-ustadzah, dan teman-temannya pun ia minta. Namun satu hal, ternyata Allah belum mengizinkan ia menggapai mimpinya, meraih cita-citanya dan menepati janji kepada orang tuanya. Allah masih ingin ia berjuang dan mendekatkan diri kepada-Nya. Padahal berapa kali sudah ia mendaftar, berapa kampus sudah ia jelajahi dan berapa puluh beasiswa ia coba, sampai ia hafal seluk beluk semua beasiswa, sampai ia hafal seluruh kampus yang ada di negeri ini. Betapa sungguh-sungguhnya ia ingin belajar, namun satu hal kenapa Allah belum meridhoi.
“Gusti, Apakah kurang doa ini ku panjatkan? apakah kurang belajar siang malam yang sudah aku lakukan. Atau ada rencana lain yang ingin kau tunjukan” Tangis itu pun pecah di kala sujudnya. Ingin ia marah dan menghardik Tuhan, namun ia tahu bahwa itu tak berguna.  
Ia ingat dikala semua perguruan tinggi di negeri ini sudah tak ada tempat untuknya maka ia disarankan untuk mendaftar beasiswa ke Timur Tengah oleh ustadznya. Maka ia pun memberanikan diri untuk mendaftar, dan hanya berbekal satu tekad yaitu niat kuat untuk kuliah. Ia ikuti semua prosedur yang ada, hingga ia berjalan kesana kemari untuk mengurusi semua tahapan yang ada, padahal ia belum tahu tempat-tempat yang ia datangi, namun berbekal niat yang kuat ia langkahkan kaki melawan kerasnya hidup ini, hingga ia lupa satu hal, restu ibunya. Karena keegoisannya untuk kuliah ia mengabaikan ibunya, acuh atas kekhawatiran orang tuanya, dan tak menghiraukan setiap air mata yang keluar dari mata ibunya setiap kali ia ingat anaknya. Maka di saat ia akan berangkat menuntut ilmu ke luar negeri, pecah sudah kegundahan hatinya. Tak ingin ia menyaakiti hati ibunya, belum siap pemuda ini meninggalkan keluarganya, dan tak ingin ia jadi anak durhaka. Maka ia batalkan semua niat dia, mimpi dia, harapan dia dan cita-cita dia untuk kuliah tahun itu juga. Ia korbankan dan ia pendam dalam-dalam niat untuk kuliah, ia kubur dengan rasa perih dan sakit hatinya. Keinginan dia untuk kuliah tahun itu pun sirna, ia hanya termenung dalam diam. Membakar semua mimpi-mimpi yang dulu pernah ia tulis, merobek semua catatan rencananya yang telah ia bangun dan mengubur semua nadzar yang telah ia panjatkan.
*****
Senyum tersinggung dalam bibirnya, sungguh dia selalu saja ingin mentertawakan dirinya kala itu, mentertawakn semua kejadian di masa lalu. Sungguh baginya itu adalah masa yang paling berat, masa di mana ia bertarung antara keinginan dan realita, antara mimpi dan kenyataan dan antara niatan diri dan takdir Tuhan. Ia ingat sekali setelah ia membatalkan diri untuk berangkat ke luar negeri, maka itu adalah akhir dari semua harapan dia untuk kuliah tahun itu, dan ia harus menunggu satu tahun kemudian untuk mencoba lagi. Maka waktu satu tahun itu adalah masa yang paling kelam dalam hidupnya, masa yang paling berat dan masa yang tak dia inginkan. Ia seperti orang linglung, seperti orang yang tak memiliki lagi keinginan untuk hidup dan itu adalah titik terendah dalam hidupnya. Betapa besar niatnya untuk kuliah namun semesta tidak mendukungnya.
Maka satu tahun ia habiskan dengan kesibukan bekerja, bekerja apapun dan dimanapun. Ia mencari ke seluruh sudut kota, mencari selembar kertas yang tertempel dengan tulisan “Dibutuhkan seorang karyawan” atau kata-kata yang ia bisa datangi dan ia bisa menawarkan diri. Mencari kesibukan untuk menghilangkan rasa sedihnya, mencari kegiatan untuk menghapus air matanya, dan mencari sebuah tempat untuk melupakan semua keinginannya.
Sering kali ia berteria-teriak sendiri tak jelas maksudnya, termenung dibelakang rumah, dan berdiam diri di depan televisi hingga orang tuanya tak mampu untuk melihatnya. Ia ingin menghilangkan rasa sakit ini namun itu tidak bisa dihilangkan.
Ia pun terus mencari pekerjaan, ia langkahkan kaki setiap hari untuk pergi ke kota, mencari pekerjaan, bukan untuk mendapatkaan uang tapi untuk menghilangkan kekecewaan dalam hatinya. Beban ini lebih berat dari pada diputus cinta kawan, sungguh.
Maka ia dapatkan pekerjaan sebagai penjaga warnet dengan bayaraan hanya tiga belas ribu rupiah setiap hari. Baru saja ia bekerja satu minggu di sana, ketika pulang malam ia ditodong preman dan dihajar masa oleh preman kampung tetangga sebelah. Sungguh ironi, malam hari dengan segala kesedihan yang ia miliki, ia dihantam bogem-bogem preman yang tak tahu diri, namun satu hal ia tak merasa sakit, lebih sakit hatinya saat ini dari pada pukulan mereka.
Maka orang tuanya melarang ia untuk bekerja disana, namun pemuda itu tetap ngotot dan ingin tetap bekerja untuk melupakan kesedihannya. Maka ia pun merantau ke kota besar untuk mencari pekerjaan, untuk melupakan kesedihannya. Namun ironi, disana ia pun mendapatkan pekerjaan yang diluar dugaannya. Menjadi penjaga toko milik orang cina, namun sayang ia tak boleh menginggalkan toko untuk sholat jumat, maka ia gadaikan sholat jumat dia. Rasa dihatinya pun semakin menjadi, baru tahu benar susuahnya mencari uang, berat sekali tantangan hidup ini. Ia hanya bertahan selama satu bulan disana, karena ia tak ingin ia gadaikan agamanya hanya untuk dunia.
Ia kembali lagi kerumahnya, membenahi diri untuk menyiapkan segala hal untuk bertarung mendapatkan kursi di perguruan tinggi impiannya. Niatnya masih sangatlah besar, bahkan mengalahkan besarnya Gunung Mahameru yang ada di Jawa. Ia mengikuti berbagai les privat dari hasil uang kerja yang ia dapatkan. Siang malam ia belajar, mimpi-mimpi kembali ia rangkai, doa ia perkuat dan restu orang tua kembali ia sampaikan. Ia tak ingin mengulangi kesalahan yang sama, ini tahun terakhir dia berjuang untuk  kuliah, jika tidak maka bapaknya tidak akan menyekolahkannya lagi.
Waktu demi waktu berganti, detik berganti menit, menit berganti jam, jam pun berganti hari dan hari berganti dengan bulan. Waktu ujian masuk perguruan tinggi pun tiba, sebisa mungkin ia kerjakan, hingga air matanya menenetes dikala doa ia panjatkan.
“Ya Allah ini Tahun terakhir hamba untuk melanjutkan ke perguruan tinggi, maka berikanlah yang terbaik bagi hamba Mu ini” sungguh doa-doa itu dipanjatkan dengan sungguh-sungguh, saat ini bukan hanya untuk ego pribadi semata namun untuk semua masa depannya.
Dan hari pengumuman pun tlah tiba, tak ingin ia melihatnya, takut ia kecewa seperti dulu, namun ia beranikan diri untuk melihat. Sedikit kekecewaan ia rasakan, bukan kampus idamannya yang ia dapatkan namun ia yakin kampus ini adalah pilihan Tuhan, jalan terbaik hidupnya. Namun satu hal, ia tidak mendapatkan beasiswa seperti yang dia rencanakan, ia harus membayar Tujuh Juta untuk bisa masuk ke sana. Ia tak tahu harus bagaimana bilang kepada orang tuanya, namun ia harus beranikan diri.
“Pak anakmu ini mau kuliah, tapi Idun tidak punya uang sama sekali. Beasiswa belum bisa Idun dapatkan, tapi Idun janji pak nanti kalau Idun sudah kuliah, Idun akan cari uang sendiri, Idun janji pak.”
Tak mampu bapak dan ibunya menolak ke inginan anak terakhirnya. Segala cara mereka lakukan demi membayar biaya kuliah anaknya, hingga mereka menjual sepeda motor satu-satunya dan sebagian sawah yang mereka miliki. Mereka tahu bahwa niat anaknya untuk kuliah sangatlah besar maka mereka hanya yakin satu hal, menyerahkan dan mempercayakan masa depan pada anaknya.
Namun sampai hari terakhir pendaftaran, uang yang dikumpulkan belumlah cukup. Padahal itu kesempatan terakhir dia untuk kuliah, dan kampus tidak peduli dengan kekurangan itu. Maka bapaknya yang sudah tua renta kesana kemari demi mencari pinjaman uangan. Sekali lagi itu ia lakukan demi anaknya. Betapa bapaknya sungguh mencintai anaknya dengan begitu besar. Bapak yang dulu begitu keras, kasar, egois, suka marah-marah, namun ia sangat mencintai anaknya. Dari sejak itu sang anak mengerti betapa bapaknya sangat mencintainya, mencintainya lebih dari apapun. Maka janjinya semakin ia bulatkan, ia tak ingin mengecewakan mereka.
*****
Dunia kampus ternyata tak semudah yang ia bayangkan. Banyak sekali kebutuhan yang ia harus penuhi. Apalagi jurusan yang saat ini dia ambil mengharuskan ia untuk mempunyai leptop, belum lagi biaya hidup dan kegiatan-kegiatan yang lainnya. Ingin anak itu membatalkan niatnya untuk kuliah, tapi perjuangan orang tuanya selama ini yang membuat dirinya bertahan.
Tahun pertama, Bapaknya masih bisa membiayai dirinya kuliah namun di tahun selanjutnya kebutuhan semakin banyak, dan pendapatan orang tuanya semakin sedikit. Sering kali pemuda itu pergi ke masjid kampus, menangis di sudut ruang dan menengadahkan tangan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Dia selalu berdoa, saat ini ia belum ada yang mencukupi dalam kebutuhannya, maka biarkan Tuhan yang memenuhi.
Tahun Kedua adalah tahun yang paling berat, di kala semua kebutuhan sudah semakin mendesak dan leptop satu-satunya barang yang ia miliki dicuri orang. Ia hanya bisa pasrah dan menyerahkan semua kepada sang pencipta.
Dikala semua telah pada asanya, Allah pun menganugerahkan rezeki yang tak ia duga-duga. Ia mendapatkan beasiswa bidikmisi dari kampusnya, beasiswa yang menangunggung seluruh biaya sekolahnya sampai akhir kuliah nanti.
 “Maka ni’mat Tuhan Mu yang mana lagi yang akan kau dustakan?”.
Syukur tak henti-hentinya ia panjatkan. Tak tahu apa yang dia rasakan saat itu juga, bercampur aduk menjadi satu. Namun satu hal, ia tak ingin menyia-nyiakan semua kesempatan yang Allah berikan kepadanya, tak ingin mengecewakan siapapun juga dan akan menggunakan apa yang telah dianugerahkan dengan sebaik-baiknya. Itu janjinya, janji untuk kesekian kalinya.
######
Malam semakin larut, desiran angin malam semakin terasa, rintikan hujan pun sudah berhenti sedari tadi. Pemuda itu masih saja asik merenung dan membuka semua tabir masa lalunya, bukan untuk apa-apa, hanya ingin menumbuhkan semangat setiap kali rasa jenuh datang menghampiri.
Dilihatnya jam digital dari handphonenya, pukul 21.58 WIB telah menunjukan. Maka ia langkahkan kakinya kembali ke ruangan tempatnya berjuang.
######
Perjuangannya selama ini pun membuahkan hasil, tak banyak memang, namun itu semua di luar dugaannya. Dari awal semenjak dia menapakan kaki di kampus, ia telah mengikuti berbagai organisasi, menjadi peserta terbaik di berbagai kegiatan dan pelatihan. Menjadi MC di mana-mana, menjadi moderator di berbagai acara dan saat ini merambah menjadi pembicara di kampusnya. Dari tempat kecil ia jejaki, namun ia percaya Tuhan akan menghantarkan kepada kesuksesan selanjutnya. Dan saat ini dia diamanahi banyak organisasi, salah satunya menjadi orang penting di fakultasnya, menganal banyak orang dari seluruh Indonesia, menapaki jejak setapak demi setapak bumi Tuhan, bukan apa-apa, namun hanya untuk melihat kuasa-Nya. Banyak hal yang ia kadang lewatkan, dan satu hal apa yang dulu ia tuntut kepada Tuhan, ternyata Allah memberikan kesempataan yang lebih besar dari pada yang ia duga.
Mimpi dia selanjutnya adalah menjadi orang besar, menjadi orang yang bisa menginspirasi seluruh negeri. Bukan untuk dikenal namun untuk dipelajari, bukan untuk sombong namun untuk dipahami. “Hidup hanya sekali maka menualah dengan karya dan inspirasi” kata Ridwan Kamil.
 “Maka ni’mat Tuhan Mu yang mana lagi yang akan kau dustakan?”


Semarang, 03 November 2015

Kamis, 06 Agustus 2015

Teruntuk saudara seperjuanganku dimanapun kalian berpijak


Untukmu saudara yang selama ini menghiasi hidupku
salam ku terutuk kalian selalu, salam cinta dalam dekapan hujan yang mengiringi, salam doa yang kutaburkan diantara tebaran bintang-bintang yang tertutup awan hitam, salam terindah diantara barisan doa-doa malikat yang mengepakan sayap demi cinta dan harapan , dan salam dari para suhada’ yang percaya akan barisan mimpi dan perjuangan. Salam yang moga akan selalu kalian ingat diantara keheningan malam.
Untuk mu yang dulu pernah berkata satu keluarga
Ingatkah dulu kawan ketika pertama kali kita bertemu, saat kita harus bersama-sama berjuang demi mimpi dan harapan.. saat kita harus ditakdirkan untuk bersama berlari dilapangan FIK dengan semangat dan perjuangan. Yang dulu kita tidak pernah memeikirkan bahwa kita akan menjadi keluarga dan berbagi suka duka bersama. Bahkan aku tak tahu siapa kalian, begitu juga kalian tidak tahu siapa diri ini. Namun yang pasti ternyata Tuhan telah menakdirkan kita untuk bertemu dan belajar bersama.
Dan ternyata Tuhan tak pernah salah kawan dengan menyatukan kita untuk berjuang dan tumbuh bersama dalam keluarga baru kita, bersama berkembang dan tumbuh dalam naungan BEM FIP Unnes. Yah bagiku Tuhan tak pernah salah walaupun Hal ini tak pernah terfikir dalam hidupku maupun tak pernah tertulis dalam barisan mimpiku, namun entah aku tak tahu, lagi-lagi kita harus bersama. Tertawa, bercanda, bermain, berjuang, menangis, dan berbagi mimpi bersama.
Masih ingatkah kita kawan semua dari kita pernah menangis, namun aku yakin itu adalah tangisan perjuangn dan setiap air mata yang mengalir aku yakin itu akan menjadi saksi bisu bahwa kita pernah berjuang. Taukah kawan mungkin dulu kita pernah saling menyakiti, mengolok-olok dari belakang, saling menghujat satu sama lain, namun aku yakin bahwa itu adalah proses kita untuk menjadi dewasa.
Sampai amanah itu berakhir, kita semakin mengokohkan diri untuk berjuang bersama.  Walaupun ada kawan kita yang mengambil jalan lain namun yakinlah kita akan saling mendukung. Namun kalian juga harus mengerti, ketika kalian pergi ada sesuatu hal yang hilang dalam sebagian hidup ini. Walupun kadang kita ingkari dan kita acuhkan, namun benar ada suatu hal yang terasa kurang, entah apa. Mungkin kita terlalu sering untuk bersama-sama sehingga berat rasanya jika potongan-potongan itu sedikit demi sedikt hilang.
Untuk kalian yang memiliki harpan bersama
Sampai saat ini pun aku mulai kagum dengan kalian, dengan perkembangan kalian dan segala hal yang ada dalam diri kalian. Wlaupun mungkin kita anggap bahawa orang-orang kita lebih hebat dan sepesial, namun kalian juga harus tahu bahwa setiap diri kalian memiliki potensi masing-masing yang kadang membuatku iri.
Dahulu kita memang tak tahu apa-apa, tak mengerti akan semua keadaan yang ada, dan tak menyadri bahwa kita bisa pada samapai sejauh ini. Lihatlah dan pandangilah foto-foto kita awal kita masuk kampus, pastinya kalian akan mentertawakan dan meras geli dengan semua keadaan kita, keucel, jutek, mudah marah, mudah menangis, meudah ngembek, minta ini, minta itu, cemburuan dan lainnya. Namun lihatlah kalian sekarang kawan, yahhh saat ini kita ternyata sudah tumbuh dan berkembang, sudah tahu bagaimana bersikap, sudah tahu bagaimana caranya bersolek, sudah pandai berbicara, yahhh tak pernah kita sadari kita sudah sejauh ini berkembang.
Untuk kalian yang pernah bermimpi bersama
Kawan, masih ingtakah dulu ketika bersma-sama saling mengukir mimpi dan sering bercerita bersama akan mimpi dan harapan kita kelak, entah itu suatu gurauan atau kenyataan aku tak pernah memikirkannya, yang terpenting kita pernah bermimpi bersama. Bermimpi untuk bersama-sama bertemu diluar negeri, entahlah di bawah menara ieffel atau bertemu dijepanglah.. aku sudah lupa, namun yang terpenting dahulu kita pernah berbagi cerita bersama.
Mungkin obrolan itu akan hilang dengan seiring berjalannya waktu, atau mungkin udah berubah karena kita terlalu takut dengan realita yang ada. Entahlah yang aku tahu pasti disetiap diri kalian masih tersimpan mimpi-mimpi yang akan kalian wujudkan suatu saat nanti.
Teruntuk kalian yang mengokohkan untuk menjadi keluarga
Ternyata waktu berjalan begitu cepat dan tak terasa kita sudah memiliki adik. Dahulu kita yang sering nangis, sering berebut perhatian kakak kita, sekarang kita yang harus memberi kasih sayang pada mereka. Aku yakin itu berat, bahkan aku merasakan sendiri, namun aku yakin aku meliahat kalian berkembang dengan seiring berjalnnya waktu.
Dan sampai saat ini pun kita masih mengokohkan diri untuk menjadi keluarga. Namun tidak kita sadari, bahwa semakin lama kita semakin jarang untuk bertemu, kita jarang untuk berbagi cerita dan suka duka. Kita sudah sibuk dengan semua aktivitas kita masing masing. Mungkin kita muali jenuh dengan segala hal yang ada, dan itu bukanlah suatu kesalahan karena hal ini sangatlah manusiawi.
Namun seiringnya berjalannya waktu lagi, aku merasakan sesuatu yang mulai menghilang dari kita semua. Tak tahu apakah ini hanya aku yang merasakan atau kalian pun begitu. Yah aku rasa kalian sudah menemukan jalan kalian masing-masing dan mungkin kita harus berpisah dijalan ini.
Teruntuk kalian sahabat yang pernah mengisi hidupku
Serasa baru kemarin aku merasakan memiliki keluarga baru, sahabt-sabat baru dan teman berbagi mimpi, namun aku sadar kita tak bisa selamnya bersama. Dan pastilah suatu saat nanti kita akan menuju jalan kita maisng-masing. Selamat berjuang dijalan masing masing, selamat sukses di jalan yang kua yakini itu untuk kebaikan , tak perlu saling menghujat jalan masing-masing yang kita tempuh. Karena kita tahu jalan kita tak kan pernah saling  sama dan berjalan seirama, tapi satu hal kawan mari terus kita saling membantu dan mengeuhkan hati satu sama lain.
Terima kasih atas cinta dan kasih sayang yang selama ini diberikan,
Terima kasih atas pengalaman dan cerita yang dikatakan
Terima kasih atas perhatian dan kehangatan
Dan terima kasih pernah menjadi bagian dari cerita hidupku, keluargaku, temanku, saudaraku, dan satu hal pelukis hidupku. Aku tak pernah mau menyebut kata sahabat karna itu tak abadi hahah, biarkan pengalaman dan cerita itu yang abadi, karena aku sadar jalan kita tak kan abadi.
Sampai jumpa dimimpi selanjutnya, perjuangan berikutnya dan persaudaraan kedepannya.

Semarang, 21 Desember 2014



Rabu, 05 Agustus 2015

KEPADA INSPIRATOR MUDA



Assalamualaikum Wr. Wb Selamat datang para inspirator muda di Kampus Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Bukanlah suatu perjalanan ini adalah akhir sebuah kemenangan, namun menapaki lembaran baru menjejaki dunia Kampus adalah suatu perjuangan Awal. Tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan ini kawan, namun kita yang mendapatkan kesempatan ini harus tetaplah berjuang dengan harapan mimpi dan cita-cita agar kita bisa berguna bagi nusa, bangsa dan agama. Terlalulah banyak orang di negara ini yang hidup biasa-biasa saja, maka mari kawan kita berjuang bersama menjadi orang yang luar biasa dari orang lain, orang yang mampu berkontribusi, bermanfaat dan menebar kebaikan untuk sesama, karena sebaik-baik orang adalah orang yang bermanfaat bagi orang lain.

Pengenalan kehidupan kampus adalah suatu proses yang harus dilalui oleh mahasiswa baru dalam menapaki jejak kehidupan yang baru dikampus nantinya. Kegiatan ini bukan bermaksud untuk membalaskan dendam senior kepada juniornya, ataupun sebagai ajang perploncoan, kekerasan maupun ajang yang tidak mendidik bagi juniornya. Namun disini dimaksudkan untuk memperkenalkan budaya akademik, pergerakan dan rasa cinta kepada tanah air kita tercinta yaitu Indonesia. Maka dari itu janganlah kau takut dan janganlah kau ragu, mari berproses, belajar dan berubah menuju kebaikan bersama untuk meraih cita-cita, mimpi, dan harapan kita kelak.

Kepada kalian generasi baru, kami akan memberikan yang terbaik, menyambut kalian dengan segala kemampuan kami, mengajak kalian menuju kebaikan ketika datang ketempat ini, menjaga kalian selama dikampus nanti, serta mengajak kalian berjuang besama menebar kebaikan di sini. Dan kelak kami pun ingin melihat kalian tumbuh menjadi seorang pejuang penerus kami sehingga kami dapat memastikan bahwa perjuangan kami selama ini akan terus berlanjut dengan adanya kalian.


Selamat berproses, selamat belajar dan selamat berjuang, kami akan selalu siap membantu dan mendampingi kalian untuk menjadi orang yang didambakan. Salam perjuangan. Hidup Mahasiswa!!!

Sabtu, 25 Oktober 2014

#Maafkan
Maafkan…
Jika aku tak pandai memetik dawai
Tak pandai melukis rona wajah merahmu
Tak pandai bersyair dengan sajak-sajak cinta sang pujangga
Tapi aku hanya mampu memberimu seikat cinta yang abadi

Harapan…
Aku tak rupawan laksana arjuna
Tak mengalir darah bangsawan seperti kaisar roma
Juga tak sebijaksana hakim yang bertahta
Tapi aku harap kau terima aku apa adanya

Ku mencintaimu dengan sepenuh jiwa
Menyayangimu dengan segenap raga
Dan merindukan mu tanpa kenal asa
Maka satu harapan ku padamu
Cintailah aku apa adanya diriku

Semarang, 10 April 2013

At 22.30 WIB
Aku Ingin Hidup Dalam Sejarah
Cahaya mentari bersinar terang, menapaki setiap jejak langkah bumi Tuhan, memberikan aroma kehangatan makhluk dalam dekapan. Sinarnya membawa aroma kehidupan, menabur semangat dalam setiap jejak kebajikan, menebar mimpi kepada siapa saja yang menginginkan kesuksesan. Pagi, ku awali hariku dengan sebuah langkah kecil, bersyukur atas segala kehidupan yang masih diberikan kepada ku, dan ku singgungkan senyum kecil dengan harapan-harapan baru.
Pagi ini, dengan ditemani hangatnya sinar mentari, ku layangkan jari-jemariku menari di atas balok-balok huruf yang berderetan ini. Menuliskan setiap kata yang terbayang dalam fikiran, menuangkan segala kegundahan hati yang terdalam dan melukiskan mimpi-mimpi baru dalam setiap layar yang terpampang. Sudah lama rasanya, aku tak mencurahkan setiap perasaanku dalam sebuah tulisan, yah lama sekali. Banyak sekali kegiatan yang datang silih berganti dan menghalangiku untuk menulis, dan hanya terbayang dalam setiap fikiran.
Aku mulai flashback pada masa 4 tahun silam, ketika aku masih memakai seragam putih abu-abu. Aku suka sekali membaca novel, membaca setiap deretan cerita yang menginspirasiku sampai saat ini, yang membuatku terus berjuang dan terus melenggang dalam pertarungan kehidupan sampai hari ini. Tere-liye, Asma Nadia, Pipit Senja, Pramoedya Ananta Toer, A. Fuadi, Sthepane Mayer dan lainnya yang membuatku ingin seperti mereka. Menjadi orang yang bisa menginspirasi orang lain, memberikan semangat lewat tulisan, memberi pengalaman lewat bacaan dan memberikan ruh kehidupan dalam setiap kata yang tertuang. Dan ada satu makna lagi yang selalu aku pegang, “Dengan tuisan maka kita akan hidup untuk selamanya”.
Ketika aku pertama kali menginjak kan kakiku di bangku kuliah, hasratku untuk menulis kianlah besar. Ku awali jejak langkahku dengan berkenalan dengan orang-orang yang memiliki visi dan mimpi yang sama yaitu menulis untuk kehidupan, memberikan inspirasi dan hidup dalam sejarah. Maka ku niatkan diriku untuk bergabung dalam sebuah organisasi kepenulisan yang cukup masif. Disana aku menemukan orang-orang yang memiliki hobi yang sama denganku, maka aku pun mulai semangat menulis. Ku awali tulisanku dengan menulis cerita-cerita yang biasa aku alami, menulis dengan gaya penulis novel yang sudah mahir, yahh walaupun tata bahasa tak karuan, tapi tak masalah yang terpenting aku menulis.
Setelah beberapa saat aku bergabung dalam keluarga baruku, ku mulai untuk memberanikan diri menulis yang lebih bermakna dan menginspirasi. Aku mulai membuat puisi dan cerpen yang lahir dari perpaduan perasaan dan pengalaman yang telah aku alami. Aku memberanikan diri mengirim tulisan-tulisanku ke berbagai lomba yang aku temukan di dunia maya. Walaupun sampai saat ini belum membuahkan hasil, itu tak masalah, karena aku sadar ini adalah sebuah perjalanan, yang aku yakin suatu saat akan bermuara dalam lautan yang indah.
Dalam mimpi-mimpi yang aku buat, ku tuliskan harapan-harapanku untuk bisa membuat sebuah karya yang bisa menginspirasi orang lain, membuat sebuah cerita kehidupan. Entah kapan, tapi aku yakin suatu saat hal itu akan terwujud, tentunya sebelum nafas ini berhembus untuk yang terakhir kalinya. Yah yang bisa aku lakukan sampai saat ini adalah berusaha untuk terus menulis dan bermimpi akan suatu yang aku yakini. Agar kelak aku bisa hidup dan dikenang sebagai sebuh sejarah bahawa aku pernah hidup.